Kata
Pengantar
Syukur alhamdulillah, makalah
“Belajar dan Pembelajaran” dengan materi “mengidentifikasi masalah belajar”
telah dapat dirangpungkan dengan baik. Buku ini disusun berdasarkan bahan ajar
pokok dalam pembelajaran “Belajar dan Pembelajaran” yang berorientasi pada
semua hal yang berkaitan dengan masalah belajar. Kami berusaha agar tuntutan
standar isi makalah ini sesuai dengan materi yang diperlukan dalam
pembelajaran.
Kami telah berusaha menyusun makalah
ini dengan sebaik mungkin. Akan tetapi kami sadar, tak ada gading yang tak
retak, begitu juga makalah ini yang masih belum sempurna. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran kami harap demi perbaikan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
|
PENDAHULUAN
Dalam interaksi belajar mengajar
ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci
keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan
dengan bahan belajar.
Aktifitas
belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.
Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap
apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat
terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Keadaan
murid tidak dapat belajar sebagaimana mestinya disebut “kesulitan belajar”.
Aktivitas
mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari
tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama mempelajari juga tergantung pada
kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka
dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu lama. Sebaliknya, jika bahan
belajar mudah dan siswa berkemampuan tinggi maka proses belajar memakan waktu
singkat. Aktivitas belajar tersebut dapat diketahui oleh guru dari perlakuan
siswa terhadap bahan belajar.
Akan
tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak yang
mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui
masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan label kepada anak mereka
sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.Seharusnya siswa yang mengalami
kesulitan belajar tersebut dibantu mengentaskan masalahnya agar dapat
berkembang secara optimal.
Dalam menanggapi kasus seperti ini, kita
bermaksud untuk mengubah hal-hal yang kurang baik dalam pembelajaran, mengerti
apa saja yang menjadi masalah untuk anak dalam belajar serta menanggulangi
masalah-masalah belajar tersebut dan juga menumbuhkan rasa senang bagi anak
didik untuk selalu giat belajar.
A. Pengertian Masalah Belajar
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan
keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Kesulitan
belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak mampuan
dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang
yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak
selalu disebabkan karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental),
akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil.
B. Gejala siswa yang mengalami kesulitan
belajar
1. Menunjukkan prestasi yang rendah/di Bawah
rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat melaksanakan tuga-tugas belajar. Ia
selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya dalam
mengerjakan soal-soal latihan.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar
seperti acuh tak acuh, berpura- pura dusta.
5. Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan, misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah,
bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Burton (Abin
Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurutnya siswa dikatakan gagal dalam belajar
apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan
oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai
prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau
kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under
achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi
(mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat
pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau
belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
C. Jenis – jenis masalah belajar
Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini
akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.
Learning Disorderatau (kekacauan
belajar)
Keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar
menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning
Disfunction (belajar yang tidak berfungsi)
Merupakan
gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia
tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.
Under Achiever
Mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa
saja atau malah sangat rendah.
4.
Slow Learneratau (lambat
belajar)
Slow
learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
5.
Learning Disabilitiesatau (ketidakmampuan
belajar)
Mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari
sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk
kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti
bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga
bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di
sekolah maupun dirumah.
D. Faktor-Faktor Penyebab Masalah Belajar
Masalah
kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk
memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami masalah belajar, tentunya
kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya
masalah belajar. Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar
pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Faktor-faktor internal (faktor-faktor
yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a. Gangguan secara fisik, seperti kurang
berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat
tubuh, serta penyakit menahun.
b. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan
dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf
kecerdasan cenderung kurang.
c. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak
aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci
dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
d. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan
sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah
malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor
yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a. Sekolah, antara lain:
1)
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
2)
Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
3)
Metode mengajar yang kurang memadai
4)
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b. Keluarga (rumah), antara lain:
1)
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
2)
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
3)
Keadaan ekonomi.
E. Peran Konselor dalam Mengatasi Masalah
Belajar
Bimbingan
belajar merupakan upaya konselor untuk membantu siswa yang mengalami masalah
dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh
melalui langkah-langkah sebagai berikut
1.
Identifikasi kasus
Identifikasi
kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga
mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
a. Call them approach; melakukan wawancara
dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan
dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
b. Maintain good relationship; menciptakan
hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah
antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang
tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya
melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal
lainnya.
c. Developing a desire for counseling;
menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau
kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
e. Melakukan analisis sosiometris, dengan
cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian
sosial
2.
Identifikasi Masalah
Langkah
ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah
yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa
dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural –
fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi
masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak
masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini
sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar
aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d)
ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran;
(g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan
keluarga; dan (j) waktu senggang.
3.
Diagnosis
Diagnosis
merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar
faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi
input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H.
Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor
internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti :
kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap
serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti :
lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan
lingkungan sosial dan sejenisnya.
4. Prognosis
Langkah
ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan
dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua
dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih
dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang
kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5. Remedial atau referal (Alih Tangan
Kasus)
Jikajenis
dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau
guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau
guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih
kompeten.
6. Evaluasi dan Follow Up
Cara
manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan
bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang
dihadapi siswa.
Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria
keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
a) Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh
siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b) Perasaan positif sebagai dampak dari proses
dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
c) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih
lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara
itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003)
mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang
telah diberikan, yaitu apabila:
1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas
adanya masalah yang dihadapi.
2.
Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan
untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya
(emotion stress release).
5. Siswa telah menurun penentangan terhadap
lingkungannya
6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan,
mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.
7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan
usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai
dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.
F. Contoh Permasalahan dan Cara Mengatasinya
Permasalahan :
Seorang
siswa kelas 3 IPS bernama Joko, menunjukkan jarang masuk sekolah sering
melanggar tata tertip dan prestasi belajarnya kurang. Dari data yang ada siswa
suka membolos apabila ada mata pelajaran Matematika , pada akhir tahun yang
lalu siswa yang bersangkutan termasuk salah seorang yang dipermasalahkan dalam
kenaikan kelas. Joko tidak memiliki tempat belajar khusus dirumahnya.Dia banyak
membantu kegiatan keluarga sehingga sering terlambat masuk sekolah.
Data
lain menunujukkan merepakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara, ketiga
saudaranya sudah kuliah dan salah satu adiknya sama-sama berada di kelas 3 IPA.
Status sosial-ekonominya cukup tetapi jumlah saudaranya banyak yang harus
dibiayai , keadaan ini terlihat cukup sulit mengingat ketiga saudaranya berada
di PT dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Joko
sebenarnya kurang berminat tehadap bidang studi IPS, bahkan dalam menyelesaikan
tugasnya pernah bentrok dengan salah satu guru. Kesukaran yang dialaminya
adalah tidak dapat memanfaatkan waktu belajar secara efektif. Menurut tes
Psikologis Joko termasuk anak yang memiiki kecerdasan umum rata- rata dan dari
segi kepribadian secara potensial Joko mempunyai kecenderungan untuk
berprestasi lumayan tetapi motivasinya rendah
Prosedur Pemberian Bantuan Oleh
Konselor, sebagai berikut:
-
Identitas Siswa
Nama : Joko
Kelas : 3
Jurusan : IPS
1.
Identifikasi masalah siswa :
- Jarang masuk sekolah (sering membolos pada
mata pelajaran matematika)
- Sering melanggar tata tertip
- Prestasi belajar kurang
- Tidak dapat memanfaatkan waktu belajar
secara efektif
2.
Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Siswa
- Siswa mengalami kesulitan belajr pada mata
pelajaran matematika
- Tidak berminat pada mata pelajaran IPS
3.
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
a. Faktor Internal:
- Kurangnya motivasi dalam belajar
- Kurang berminat pada mata pelajaran IPS dan
matematika
- Kurang senang dengan guru
- Tidak bisa memanfaatkan waktu belajar
secara efektif
b. Faktor Eksternal :
- Fasilitas belajar yang kurang memadai
- Mempunyai beban ekonomi
4.
Memperkirakan Alternatif Bantuan (Prognosa)
- Siswa J masih mungkin di tolong
- Waktu yang diperlukan untuk memberikan
layanan bantuan 1 bulan, 4 x pertemuan
- Pertolongan diberikan pada saat jam pelajaran di ruang BK
- Yang dapat memberikan bantuan: konselor dan
orang-orang yang bertugas sebagai
pendukung (wali kelas dan orang tua)
5.
Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasi Kesulitan Siswa
- Konseling individual
- Home visit
- Tutor sebaya
6.
Tindak Lanjut
a. Konseling Individual
Konselor
mengkonseling siswa Joko dengan memanfaatkan waktu jam pelajaran dengan meminta
izin guru yang bersangkutan.
b. Home visit
Konselor
mengunjungi rumah Joko dan menemui orang tua Joko dengan tujuan untuk mencari
informasi atau data tentang kegiatan Joko di rumah.
c. Tutor Sebaya
- Konselor meminta bantuan kepada reman Joko
yang dianggap mampu , untuk membantu kesulitan belajar Joko dalam pelajaran
Matematika.
- Konselor membentuk kelompok belajar
Matematika.
d. Konselor menghubungi wali kelas Joko untuk
memberikan informasi perkembangan pada diri Joko.
e. Konselor mengevaluasi dan mengikuti
perkembangan siswa selama satu semester, bila dalam satu semester belum ada
perubahan maka konselor harus melakukan tindak
lanjut terhadap hasil evaluasinya dengan cara meneliti dari awal apakah
metode yang digunakan salah atau ada penyebab lain.
PENUTUP
KESIMPULAN
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses belajarnya, oleh karena itu masalah-masalah belajar harus
diselesaikan sedini mungkin.
Konselor
memiliki peran yang penting dalam membantu siswa dalam mengentaskan masalah
belajarnya , karena layanan Bimbingan dan Konseling membantu memberikan hal-hal
positif kepada peserta didik,
meringankan beban, mendorong semangat dan memberikan penguatan, memberikan
alternatif dan kesempatan, memberikan pencerahan dan kesejukan, serta mendorong
dan membela terwujudkannya hak dan kepentingan serta kewajiban peserta didik
dan cara yang tepat sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal.
DAFTAR
REFERENSI
R
Djono.2001.Bimbingan dan Konseling Belajar.Surakarta.UNS Pers.
http://bibie.student.umm.ac.id/kesulitan-belajar-siswa-dan-bimbingan-
belajar
http://sekolah-dasar.blogspot.com/…/jenis-jenis-masalah-belajar-dan-faktor.html
www.psikologizone.com
› Pendidikan
www.iapw.info/…/index.php?…kesulitan-belajar…anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar